Liga Italia: Realitas Pahit di Panggung Eropa
Pernahkah Anda membayangkan sebuah Inter Milan yang mampu mengguncang dunia sepakbola seperti era Corso, Mazzola, dan Suarez? Sebuah tim yang diharapkan mampu menyamai prestasi Milan era Sacchi atau Ajax era Cruijff. Namun, sayangnya, harapan tersebut hanyalah sebuah ilusi belaka. Selama 14 tahun berturut-turut, Inter dan Italia terus merindukan trofi Liga Champions yang selalu menjadi angan-angan belaka.
Musim lalu, Inter gagal meraih kesuksesan besar, terutama karena performa buruk Lukaku, Taylor, dan lini belakang yang rapuh. Meskipun Inter berhasil meraih satu trofi, namun hal tersebut tidak cukup untuk membuktikan bahwa klub-klub Italia telah kembali ke era kejayaan tahun 90-an. Karena sebuah klub dan gerakan sepakbola nasional dinilai dari konsistensi dan keberlanjutan di level tertinggi, bukan hanya dari satu musim yang bagus. Dan Liga Champions, tentu saja, berada di luar kategori tersebut.
Kita semua berharap menemukan Bayern Munich terburuk, Barcelona terburuk, dan Atletico Madrid terburuk dalam beberapa tahun terakhir. Namun, lapangan hijau yang besar telah menunjukkan perbedaan antara panggung dan kenyataan: di Liga Champions, kita menyaksikan olahraga yang berbeda. Meskipun Barcelona sedang mengalami masalah keuangan, mereka tetap mampu mengembangkan pemain muda yang melalui teknik dan talenta mereka berhasil mendominasi pertandingan, mencetak gol, dan memberikan hiburan. Bayern Munich, dengan segala kehebohan di dalam dan di luar lapangan, berhasil menghancurkan Lazio, yang gagal berinvestasi cukup untuk memperkuat skuad mereka dan menjaga harmoni antara pelatih dan pemain. Begitu juga dengan Atletico Madrid, meskipun mereka berhasil menghadapi 210 menit di babak 16 besar dengan keberanian yang luar biasa.
Saat nilai lawan sedikit meningkat dalam pertandingan dua leg, kita bisa melihat perbedaannya. Tidak ada model yang pasti: Premier League kehilangan Manchester United dan Newcastle di babak pertama, La Liga didominasi oleh Real Madrid, dan Girona bahkan berhasil mengungguli Barcelona dan Atletico Madrid. Namun, ada kategori dan klub-klub papan atas seperti City, Real Madrid, Bayern Munich, PSG, Barcelona, Atletico Madrid, dan Arsenal yang berada di level yang berbeda dibandingkan Porto, Eintracht, Tottenham, dan Benfica.
Dominasi Inter di Serie A mungkin mempesona banyak orang, namun lapangan telah membuktikan bahwa harapan akan kejayaan dan ketiadaan memori adalah hal yang sama. Tidak ada jaminan bahwa tahun ini akan menjadi tahun yang tepat untuk menulis ulang sejarah Liga Champions, di mana olahraga yang berbeda terus dimainkan. Jadi, mari kita terus berharap dan berjuang untuk melihat kebangkitan klub-klub Italia di panggung Eropa.