Eliano Reijnders: Fenomena Kakak Beradik di Sepak Bola Internasional
Jakarta, CNN Indonesia – Dalam dunia sepak bola, kisah kakak beradik yang membela timnas berbeda bukanlah hal yang baru. Namun, fenomena ini kembali mencuat dengan resmi bergabungnya Eliano Reijnders sebagai Warga Negara Indonesia (WNI). Keputusan ini menambah daftar panjang pemain yang memiliki ikatan keluarga tetapi memilih untuk membela negara yang berbeda. Dengan darah Indonesia yang mengalir dari sang ibu, Angelina Lekatompessy, yang berasal dari Maluku, Eliano kini bersiap untuk debutnya bersama Timnas Indonesia, sementara kakaknya, Tijjani Reijnders, tetap membela Timnas Belanda.
Kisah Eliano dan Tijjani Reijnders
Eliano Reijnders resmi menjadi WNI setelah menjalani sumpah di Brussels, Belgia, pada 30 September 2023. Langkah ini membawa harapan baru bagi penggemar sepak bola Indonesia, yang menantikan kontribusi Eliano di lapangan hijau. Dengan kemampuannya, Eliano diharapkan dapat memberikan warna baru bagi Timnas Indonesia yang terus berupaya untuk bersaing di level internasional.
Kisah Eliano dan Tijjani adalah contoh nyata bagaimana ikatan darah tidak selalu menentukan pilihan tim nasional. Tijjani, yang lebih dulu terjun ke dunia sepak bola profesional, memilih untuk mewakili Belanda. Hal ini membuka diskusi menarik tentang identitas dan loyalitas dalam sepak bola modern, di mana pemain dapat memilih untuk membela negara yang dianggap lebih sesuai dengan perjalanan karier mereka.
Fenomena Pasangan Kakak Beradik di Sepak Bola
Kisah Eliano dan Tijjani bukanlah yang pertama. Sepanjang sejarah sepak bola, terdapat beberapa pasangan kakak beradik yang telah menciptakan jejak di timnas yang berbeda. Berikut adalah enam pasangan kakak beradik yang patut dicontoh:
John dan Archie Goodall
John dan Archie Goodall mencatatkan sejarah sebagai kakak-adik pertama yang membela timnas berbeda pada akhir abad ke-19. John, yang lahir di London, membela Inggris, sementara Archie, lahir di Belfast, memilih timnas Irlandia. Kisah mereka membuka jalan bagi generasi pemain selanjutnya untuk memilih tim nasional berdasarkan latar belakang dan preferensi masing-masing.Kevin dan Jerome Boateng
Kevin Prince Boateng dan Jerome Boateng, dua bersaudara asal Jerman, memiliki kisah unik. Kevin memilih untuk membela Ghana, negara leluhurnya, sementara Jerome tetap setia pada Jerman. Momen ketika keduanya bertemu di Piala Dunia 2014 menjadi salah satu contoh menarik tentang bagaimana ikatan keluarga tidak selalu sejalan dengan pilihan tim nasional.Taulant dan Granit Xhaka
Taulant dan Granit Xhaka juga menunjukkan kompleksitas identitas dalam sepak bola. Granit memilih untuk membela Swiss, sedangkan Taulant memilih Albania. Pertemuan mereka di lapangan sebagai lawan menggambarkan bagaimana pilihan tim nasional dapat memisahkan bahkan ikatan keluarga yang erat.Thiago Alcantara dan Rafinha
Thiago dan Rafinha Alcantara, yang lahir di Brasil, juga memilih jalan yang berbeda. Thiago membela Spanyol, sementara Rafinha memilih Brasil. Meskipun memiliki latar belakang yang sama, keputusan mereka menunjukkan bahwa identitas nasional dapat dipilih berdasarkan pengalaman dan perjalanan masing-masing.Pogba Bersaudara
Florentin, Paul, dan Mathias Pogba memiliki awal karier internasional yang serupa dengan membela Prancis di level kelompok umur. Namun, Florentin dan Mathias memilih untuk memperkuat Guinea, sementara Paul melanjutkan kariernya bersama Prancis. Paul Pogba bahkan menjadi pilar penting saat Prancis menjuarai Piala Dunia 2018.- Inaki dan Nico Williams
Inaki dan Nico Williams adalah contoh terkini dari fenomena ini. Keduanya merupakan pilar penting di Athletic Bilbao, namun memilih timnas yang berbeda. Inaki membela Ghana, sedangkan Nico membela Spanyol. Pilihan ini menunjukkan bahwa meskipun berasal dari keluarga yang sama, setiap pemain memiliki aspirasi dan tujuan yang berbeda dalam karier internasional mereka.
Mengapa Pemain Memilih Timnas yang Berbeda?
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan pemain untuk memilih timnas yang berbeda, meskipun mereka memiliki ikatan keluarga yang kuat. Pertama, latar belakang budaya dan sejarah keluarga sering kali menjadi pertimbangan utama. Banyak pemain yang merasa lebih terhubung dengan negara asal orang tua atau nenek moyang mereka, meskipun mereka lahir dan besar di negara lain.
Kedua, peluang untuk bermain di level internasional juga menjadi faktor penting. Beberapa pemain mungkin merasa bahwa mereka memiliki peluang lebih besar untuk tampil di turnamen besar jika memilih timnas tertentu. Dalam beberapa kasus, pemain yang memiliki bakat luar biasa mungkin merasa bahwa mereka lebih dihargai di timnas yang lebih kompetitif.
Ketiga, pengalaman pribadi dan perjalanan karier juga memengaruhi keputusan ini. Pemain yang telah menghabiskan waktu di negara tertentu, baik untuk bermain klub atau pendidikan, sering kali merasa lebih terikat dengan negara tersebut. Hal ini dapat menciptakan rasa tanggung jawab untuk membela negara yang telah memberikan banyak kesempatan dalam hidup mereka.
Kesimpulan
Fenomena kakak beradik yang membela timnas berbeda, seperti yang ditunjukkan oleh Eliano dan Tijjani Reijnders, adalah bagian dari dinamika sepak bola modern. Keputusan untuk memilih tim nasional bukan hanya soal ikatan darah, tetapi juga merupakan refleksi dari identitas, pengalaman, dan aspirasi pribadi. Dengan bergabungnya Eliano ke dalam Timnas Indonesia, harapan baru muncul bagi penggemar sepak bola Tanah Air untuk melihat prestasi yang lebih baik di pentas internasional.
Dengan semakin banyaknya pemain yang memiliki latar belakang multinasional, kita dapat berharap untuk melihat lebih banyak kisah menarik di masa depan. Semoga Eliano Reijnders dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi Timnas Indonesia dan menjadi inspirasi bagi generasi pemain muda di Tanah Air.