Thiago Motta, mantan pelatih Juventus, baru-baru ini memberikan tanggapan tentang pemecatannya dari klub raksasa Serie A itu. Dalam wawancara dengan Corriere della Sera, ia mengungkapkan bagaimana kritik yang diterimanya tidak hanya berkaitan dengan taktik, tetapi juga menyerang secara pribadi. Motta menegaskan bahwa ia tidak menerima serangan pribadi yang didasarkan pada fitnah.
Motta mengungkapkan, “Selama periode ini, saya harus mendengarkan bukan hanya kritik teknis yang selalu perlu diperhatikan, tetapi juga serangan pribadi. Saya menemukan cara bertindak di balik layar ini angkuh dan tidak sopan, karena hubungan saya dengan para pemain dan tim sangat baik. Mereka selalu memberikan yang terbaik.”
Ia menambahkan, “Terkadang kami menang, terkadang tidak. Mengkritik saya sebagai pelatih, pilihan saya di lapangan, pemain, taktik—semua yang berkaitan dengan sepak bola, saya terima dan akan selalu terima. Analisis semacam itu membantu kita tumbuh. Namun, saya tidak menerima serangan pribadi yang didasarkan pada fitnah.”
Saat ditanya tentang rumor yang menyebutkan bahwa ia telah kehilangan dukungan dari para pemain, Motta dengan tegas menyebut semua spekulasi itu sebagai kebohongan. “Hal-hal seperti itu yang mengganggu saya. Mereka bisa mengkritik saya sebagai pelatih atas pilihan saya dan saya tentu menerimanya. Tetapi mereka yang mengatakan bahwa saya kehilangan dukungan dari pemain adalah pembohong. Itu tidak benar. Tidak ada satu pun yang pernah bekerja dengan saya yang mengatakan secara publik bahwa mereka memiliki masalah dengan saya.”
Motta juga menjelaskan bahwa ia memiliki hubungan yang sangat baik dengan semua pemainnya, baik dari segi profesional maupun kemanusiaan. “Hubungan kami didasarkan pada rasa hormat dan kejelasan. Tentu saja, mereka yang jarang bermain mungkin merasa kurang senang. Saya juga pernah menjadi pemain, dan saat saya tidak bermain, saya juga tidak bahagia. Namun, saya selalu menghormati keputusan pelatih, dan itu juga yang terjadi dengan para pemain Juventus.”
Motta mengakui bahwa meskipun ada beberapa hal yang perlu diperbaiki selama musim berlangsung, ia merasa banyak hal yang sudah dilakukan dengan baik di klub. “Kami melakukan banyak hal dengan baik, tetapi saya pasti akan mengubah banyak hal juga. Saya selalu menganalisis apa yang salah, tetapi bahkan setelah kemenangan, saya percaya ada yang bisa diubah, baik itu strategi permainan, pergantian pemain, atau pilihan starter. Tidak ada yang sempurna ketika menang. Saya akan melakukan banyak hal lagi dan mengubah banyak hal.”
Ia juga mencatat bahwa Juventus hanya terpaut satu poin dari empat besar saat ia dipecat dan awalnya, ia dijanjikan proyek jangka panjang selama tiga tahun. “Saya tentu saja kecewa karena tidak berjalan seperti yang kami harapkan, terutama di Coppa Italia dan Liga Champions. Namun, saya tidak setuju ketika mendengar orang berbicara tentang kegagalan: pekerjaan kami terhenti ketika kami hanya satu poin dari posisi keempat di klasemen, yang merupakan tujuan utama di awal musim.”
Motta menambahkan, “Ketika saya menerima peran ini dengan antusiasme besar, saya tahu bahwa ini akan menjadi proyek tiga tahun, berdasarkan revolusi mendalam tim dan peremajaan yang radikal. Saya sangat sadar bahwa, di tim selevel Juventus, Anda harus menang. Apalagi setelah bertahun-tahun di mana hal itu tidak terjadi. Proyek ini tentu saja tidak berjalan seperti yang kami inginkan atau bayangkan.”
Meskipun perjalanan Motta di Turin tidak berjalan mulus, ia sudah dikaitkan dengan kemungkinan pindah ke Atalanta jika Gian Piero Gasperini meninggalkan klub. Masih ada jalan kembali bagi Motta di dunia sepak bola, meskipun pengalaman di Juventus tidak sesuai harapan.
