Timnas Indonesia merupakan representasi dari kekuatan sepak bola Indonesia di kancah internasional. Namun, dibalik gemerlapnya panggung internasional, terdapat realitas yang tak bisa diabaikan. Anggota Komite Eksekutif PSSI, Arya Sinulingga, mengungkapkan rasa sakit perutnya setelah melihat langsung kondisi sepak bola Indonesia.
Sebagai pejabat pelaksana Asprov PSSI Sumatera Utara, Arya terpanggil untuk melihat langsung kondisi sepak bola di akar rumput. Namun, apa yang ditemuinya jauh dari harapan. Hanya ada satu pemain yang lolos dari ratusan pemain dalam seleksi Timnas Indonesia U-20, dan tak ada yang lolos dari ratusan pemain untuk Indonesia U-16.
Dari blusukan di Sumatera Utara, Arya menemukan fakta yang menggemparkan. Tidak ada kompetisi sepak bola usia muda yang layak di sana. Klub-klub hanya mengandalkan Liga 3 dan Soeratin sebagai ajang kompetisi. Hal ini berdampak pada minimnya jumlah pertandingan yang dilakukan oleh klub sepak bola akar rumput, yang jauh dari standar minimal 30 pertandingan per musim.
Tak hanya itu, jumlah pelatih berlisensi D, C, dan B, yang diperlukan untuk pembinaan pemain juga sangat minim. Jumlah pelatih yang tersedia jauh lebih sedikit dibanding jumlah sekolah sepak bola (SSB) di daerah tersebut. Demikian pula dengan jumlah wasit yang sangat terbatas, hanya lima orang wasit yang bisa memimpin Liga 3, dan hanya tiga di antaranya yang lolos saat diuji.
Realitas pahit ini membuat Arya merasa sakit perut. Ia yakin bahwa kondisi serupa juga terjadi di provinsi-provinsi lainnya, kecuali di Jawa Barat dan Jawa Timur. Untuk itu, pembenahan yang dilakukan oleh PSSI sangat diperlukan, mulai dari peningkatan jumlah wasit, pelatih, hingga penyelenggaraan kompetisi.
Situasi sepak bola putri pun tak kalah mengkhawatirkan. Dari 171 klub sepak bola wanita yang ada di Indonesia, hanya sedikit yang diurus oleh pelatih berlisensi. Hal ini menunjukkan perlunya perbaikan segera dengan menggelar kompetisi, terutama untuk usia muda.
Budi Sudarsono, mantan pemain Timnas Indonesia, memberikan harapannya pada PSSI untuk segera mengambil tindakan. Menurutnya, kunci dari perbaikan adalah dengan melakukan tindakan nyata. Blueprint yang sudah ada tinggal dieksekusi, dan jika dilakukan dengan sungguh-sungguh, hasilnya akan terlihat.
Pengamat sepak bola, Dex Glenniza, juga mengamini pendapat Budi. Menurutnya, PSSI sudah memiliki rancangan yang bagus, tinggal bagaimana eksekusinya dilakukan. Dengan demikian, harapan untuk kemajuan sepak bola Indonesia menjadi semakin besar.
Dengan berbagai permasalahan yang terungkap, penting bagi PSSI dan seluruh pemangku kepentingan sepak bola Indonesia untuk bersatu dan bekerja sama dalam melakukan perbaikan. Hanya dengan kerja keras dan komitmen yang tinggi, impian untuk melihat Timnas Indonesia bersinar di kancah internasional bukan lagi sekedar mimpi. Semua pihak harus bersatu untuk mewujudkan hal tersebut.