Leicester City mencetak sejarah dengan meraih gelar juara Premier League pada musim 2015/16. Namun, baru-baru ini, mantan wasit Premier League, Mark Clattenburg, mengungkapkan bahwa dia mungkin telah memberikan keputusan yang menguntungkan bagi Leicester selama musim tersebut. Dalam sebuah wawancara dengan The Mirror, Clattenburg mengakui bahwa dia hanya memberikan kartu kuning kepada dua pemain Leicester sepanjang musim itu, karena dia menganggap mereka sebagai sosok yang baik.
Clattenburg menambahkan bahwa pemain-pemain Leicester mungkin terhindar dari kartu atau skorsing berkat “margin tipis” dalam keputusan yang diambilnya. Pernyataan ini tentu saja bisa memicu kontroversi dan berpotensi mencoreng kisah sukses tim Foxes tersebut. Meskipun tidak diragukan lagi bahwa Leicester adalah tim terbaik di liga pada tahun itu, pengakuan dari seorang mantan wasit Premier League bisa merusak upaya dan kerja keras mereka.
Dalam pernyataannya, Clattenburg menyebutkan: “Saya hanya memberikan dua kartu kuning kepada pemain Leicester sepanjang musim itu karena saya merasa mereka adalah orang-orang yang baik, dan mungkin mereka mendapatkan sedikit keberuntungan berkat margin tipis. Paham kan maksud saya?”
Pernyataan ini tentu akan memicu perdebatan di kalangan penggemar dan analis sepak bola, terutama mengingat prestasi luar biasa Leicester yang dianggap sebagai salah satu keajaiban dalam sejarah olahraga.
Di sisi lain, mantan bek Leicester City, Danny Simpson, juga mengungkapkan bahwa Clattenburg pernah mengaku ingin Leicester menang dan karena itu dia memilih untuk tidak mengeluarkan kartu merah kepada beberapa pemain Leicester selama musim tersebut. Simpson berkata, “Saya ingat Clattenburg, teman. Saya rasa dia seharusnya mengeluarkan kartu merah untuk seseorang, dan dia bilang, ‘Saya seharusnya mengeluarkan kamu, tapi saya ingin kalian menang… Saya rasa itu Drinky, sebenarnya. Itu adalah kartu kuning kedua dan dia seharusnya bisa saja diusir, tapi dia tidak melakukannya.’”
Leicester City memiliki skuad yang berbakat saat itu, dan mereka memang layak mendapatkan gelar Premier League. Namun, komentar dari Clattenburg jelas tidak akan disambut baik oleh klub-klub Inggris lainnya yang bersaing dengan Leicester pada waktu itu.
Dengan pengakuan ini, banyak yang bertanya-tanya tentang integritas keputusan wasit di liga, dan apakah hal ini akan mempengaruhi pandangan terhadap pencapaian Leicester City. Apakah keberuntungan yang mereka terima menjadi bagian dari perjalanan mereka menuju kesuksesan, ataukah itu hanya sekadar kebetulan dalam perjalanan yang penuh tantangan?
Bagi penggemar sepak bola di Indonesia, kisah Leicester City tetap menjadi inspirasi dan pengingat bahwa dalam sepak bola, segala sesuatu bisa terjadi. Meski kontroversi ini muncul, yang terpenting adalah bagaimana tim bertanding dan berjuang untuk meraih kemenangan.
Mari kita tunggu perkembangan selanjutnya dan bagaimana reaksi dari para penggemar dan klub lain terhadap pengakuan ini. Apakah Leicester City akan tetap dianggap sebagai pemenang sejati, ataukah ada bayang-bayang keraguan yang akan menghantui mereka? Kita lihat saja nanti.
