Sejarah sepak bola Eropa memasuki babak baru dengan peluncuran resmi Liga Unifikasi, sebuah versi yang diperbarui dari Super League yang kontroversial. Inisiatif ini diusung oleh A22 Sports, yang berambisi menantang dominasi UEFA dalam kompetisi sepak bola Eropa. Setelah putusan dari Pengadilan Eropa pada tahun 2023 yang menolak monopoli UEFA atas turnamen sepak bola, A22 kini melangkah maju dengan rencana ambisiusnya.
Liga Unifikasi diperkenalkan melalui serangkaian presentasi multibahasa di YouTube. A22 juga telah secara resmi memberitahukan UEFA tentang niat mereka melalui surat resmi. Slogan liga ini menegaskan ambisinya: “Liga Super Eropa yang baru bertujuan untuk menjadi kompetisi sepak bola paling menarik di dunia.” Real Madrid dan Barcelona tetap menjadi pendukung utama proyek ini, dengan Real Madrid mendorong perubahan signifikan dalam tata kelola sepak bola Eropa.
Dalam sebuah kuliah di Universitas Harvard, direktur umum Real Madrid, José Ángel Sánchez, menegaskan komitmen klub terhadap Liga Unifikasi. Ia menyatakan, “Badan pengatur sepak bola saat ini seperti musisi di Titanic; sistem yang kita kenal sudah selesai. Ini adalah logika di balik Super League, dan urgensinya semakin tinggi. Real Madrid akan terus bekerja untuk mewujudkan ide ini. Mengapa UEFA harus mengatur kompetisi ketika klub menanggung semua risiko bisnis? UEFA berusaha mempertahankan posisinya, tetapi hanya menghambat inovasi.”
A22 Sports juga mengumumkan bahwa mereka telah mengajukan proposal untuk pengakuan resmi kompetisi Eropa baru kepada UEFA dan FIFA, yang dikenal sebagai Liga Unifikasi, dengan sistem kualifikasi yang dimodifikasi berdasarkan performa di liga domestik.
Format yang diusulkan untuk Liga Unifikasi mencakup 96 tim yang dibagi menjadi empat liga: Liga Bintang, Liga Emas, Liga Biru, dan Liga Union. Berbeda dengan proposal Super League yang asli, yang mengundang klub-klub tertentu, kualifikasi untuk Liga Unifikasi akan didasarkan pada performa di liga nasional. Setiap liga akan memiliki struktur yang berbeda: Liga Bintang dan Liga Emas masing-masing akan terdiri dari 16 tim, sementara Liga Biru dan Liga Union akan menampilkan 32 tim masing-masing.
Dalam format ini, klub akan bersaing dalam gaya round-robin selama fase grup, dengan total 14 pertandingan per musim—tujuh di kandang dan tujuh tandang. Empat tim teratas dari Liga Bintang dan Liga Emas akan melaju ke babak knockout, sementara hanya dua tim teratas dari setiap grup di Liga Biru dan Liga Union yang akan memenuhi syarat untuk tahap eliminasi. Babak final akan mencakup perempat final dengan dua leg, diikuti oleh semifinal dan final yang diadakan di tempat netral.
Dengan peluncuran Liga Unifikasi, dunia sepak bola Eropa bersiap untuk menyaksikan perubahan besar dalam cara kompetisi dijalankan. Para penggemar sepak bola di Indonesia dan seluruh dunia pasti menantikan bagaimana liga baru ini akan memengaruhi klub-klub favorit mereka dan dinamika kompetisi di Eropa. Apakah Liga Unifikasi akan menjadi jawaban atas tantangan yang dihadapi oleh UEFA? Hanya waktu yang akan menjawab.