Valencia Masuki Krisis Terburuk Selama 37 Tahun Terakhir
Valencia telah mengalami masa-masa sulit dalam beberapa tahun terakhir setelah perubahan manajemen yang drastis oleh pemegang saham mayoritas, Peter Lim. Pasalnya, ada rasa ancaman degradasi yang mengintai, meskipun tim berhasil menghindarinya tanpa luka-luka besar, sampai musim lalu. Pertandingan di stadion Montilivi, hampir di awal paruh kedua, menjadi pukulan nyata bagi Valencia. Sensasi ini tidak pernah dirasakan dalam 37 tahun terakhir. Girona menjadi titik lemah yang definitif. Hal tersebut membuat tim berada dalam krisis terburuk dalam tiga dekade terakhir.
Pada 5 Februari lalu, Valencia menghadapi Girona dan menelan kekalahan 1-0. Valencia terlihat lemah, tidak percaya diri, dan hal terbaik dari pertemuan tersebut hanyalah kalah dengan selisih skor yang tipis. Namun, yang harus diingat dari pertandingan tersebut adalah ‘ketakutan’. Untuk pertama kalinya, tim berada dalam situasi kritis dan terkesan ‘terkejut’.
Meskipun masih tersisa paruh kedua musim, tim terus merosot. Gattuso sudah pergi beberapa hari sebelumnya dan Voro dipercaya menjadi solusi darurat bagi klub. Namun, tim mencapai titik terendah. Sensasi bahwa tim terjebak dalam ancaman degradasi lebih kuat dari sebelumnya dalam 37 tahun terakhir.
Keadaan semakin parah setelah masa-masa libur karena Piala Dunia di Qatar. Valencia kalah dari Villarreal dan kemudian Cádiz. Akan tetapi, kekalahannya terus berjalan. Hasil imbang melawan Almería dan kekalahan di beberapa pertandingan berikutnya membuat alarm krisis olahraga di Valencia semakin berdenting.
Kekalahan 1-0 dari Girona sudah menunjukkan bahwa Valencia dan manajemen olahraganya terbuka lebar. Saat jendela transfer musim dingin ditutup tanpa adanya pemain baru, Valencia pun terperosok. Tim yang tidak pernah membayangkan dirinya berada dalam situasi tersebut.
Mereka memiliki pekerjaan. Sebuah cara untuk memprosesnya bagi klub yang memiliki sejarah panjang. Namun, memasuki peran baru tersebut sangat sulit bagi tim, terutama setelah kekalahan dari Athletic yang menempatkannya di zona merah klasemen dan kedatangan Baraja. Mourinho datang ketika tim sudah terpecah, tidak menerima peran barunya, dan dimulai dengan kekalahan di Getafe.