Liga Inggris semakin panas dengan kontroversi yang melibatkan Kai Havertz dari Arsenal. Dalam pertandingan terakhir Arsenal melawan Brentford, Havertz seharusnya sudah diusir keluar lapangan 21 menit sebelum mencetak gol kemenangan di menit ke-87.
Declan Rice memberikan keunggulan 1-0 untuk Arsenal dalam pertandingan di Emirates pada 9 Maret lalu dan setelah Yoane Wissa menyamakan kedudukan, Havertz mencetak gol kemenangan di menit ke-87.
Gol tersebut membawa Arsenal ke puncak klasemen Liga Inggris dan mengamankan tiga poin penting dalam persaingan juara.
Namun, baru-baru ini terungkap bahwa Havertz seharusnya tidak boleh berada di lapangan untuk mencetak gol kemenangan tersebut.
Dua tahun yang lalu, Liga Inggris membentuk sebuah panel independen yang disebut Key Match Incidents panel (KMI panel), yang menilai semua keputusan besar yang diambil oleh wasit.
Panel KMI memutuskan bahwa Havertz seharusnya mendapat kartu kuning kedua karena ‘tindakan simulasi yang jelas’ pada menit ke-66.
Setelah semua lima anggota panel setuju, kesimpulan mereka menyatakan: ‘Havertz sudah jatuh ketika bek lawan menyentuhnya, menyentuh pinggul Havertz.’
VAR tidak bisa mengambil tindakan selama pertandingan karena mereka tidak dapat meninjau pelanggaran kartu kuning.
‘Jujur, saya merasa Havertz seharusnya tidak boleh berada di lapangan ketika dia mencetak gol,’ kata pelatih Brentford, Thomas Frank, setelah pertandingan.
Kontroversi ini tentu saja menjadi sorotan utama dalam dunia sepakbola, terutama dalam persaingan ketat di Liga Inggris.
Artikel ini menjadi pembahasan hangat di kalangan penggemar sepakbola, dengan banyak pihak yang merasa bahwa keputusan wasit harusnya lebih tegas dalam menangani tindakan simulasi di lapangan.
Diharapkan ke depannya, kejadian seperti ini tidak terulang lagi dan fair play tetap menjadi prinsip utama dalam setiap pertandingan sepakbola, terutama di Liga Inggris yang selalu menjadi sorotan dunia.