Liga Spanyol: Kisah Duel Antara Manuel Ruiz de Lopera dan José María del Nido Benavente
Dua presiden paling ikonik dalam sejarah sepakbola Spanyol pernah bersama-sama pada waktu dan tempat yang sama, menciptakan momen-momen yang tak terlupakan. Betis dan Sevilla. Sevilla dan Betis. Manuel Ruiz de Lopera dan José María del Nido Benavente. Keduanya meramaikan momen epik secara terpisah, namun bersama-sama mereka menciptakan sejarah. Sepakbola kala itu. Seandainya hal itu terjadi hari ini, tentu akan menjadi viral.
Pada bulan Juni 2005, Betis berhasil menjadi juara Copa del Rey setelah mengalahkan Osasuna dengan skor 2-1 melalui gol dari Dani di babak tambahan. Lopera dengan bangganya memamerkan piala tersebut di beberapa tempat seiring dengan perayaan seratus tahun Sevilla dan bendera yang dibuat klub tersebut untuk merayakan peristiwa bersejarah tersebut. Ungkapan dari mantan presiden Betis, “Kami membawa piala sementara yang lain membawa selimut yang dicoret-coret.”
Namun, tak ada yang dapat mengungguli episode patungnya. Ada tiga derby dalam tiga minggu pada musim semi tahun 2007. Pada pertandingan pertama, yang merupakan laga Liga, Betis telah memberi tahu Sevilla bahwa mereka akan memberikan ‘Monumen untuk Suporter’ kepada mereka, sebuah penghargaan yang diberikan kepada setiap tim yang mengunjungi Betis dalam rangka perayaan seratus tahun klub tersebut. Namun, Sevilla yang awalnya menerima hal tersebut, menolak menerimanya di tempat yang biasanya dijadikan tempat penyerahan oleh Betis: di ruang trofi tepat di sebelah patung Lopera. Reaksi dari mantan presiden Betis tersebut sungguh radikal: ia melarang masuk ke ruang kehormatan stadion Del Nido.
Undian Copa del Rey menghasilkan laga derby Sevilla di perempat final. Laga kedua berlangsung di Benito Villamarín. Setelah mediasi dari RFEF dan Junta de Andalucía, presiden Sevilla saat itu akhirnya dapat masuk ke stadion… dan di sana menantinya sebuah patung besar dengan wajah Lopera persis di belakang kursinya. Ini adalah derby di mana Juande Ramos mendapat lemparan botol yang membuatnya dilarikan ke dalam tandu dari tempat duduk Manuel Ruiz de Lopera.
“Manuel Ruiz de Lopera adalah presiden Betis, ia melarang saya masuk ke stadion tetapi saya memutuskan untuk tetap datang seperti biasanya pada setiap pertandingan, karena saya tidak pernah absen sebagai presiden dalam setiap pertandingan. Dan saya duduk di kursi belakang sebuah patung, yang terikat dengan kabel baja ke lantai tempat saya duduk,” kenang Del Nido di Movistar. “Kami menang karena seorang pemain tim mengirim pesan kepada saya selama pertandingan: ‘Presiden bangun dan kenakan syal itu’. Akhirnya saya bangun dan memberinya syal sehingga dia harus pergi dengan helikopter dari sana,” kenangnya.
Del Nido menunjukkan belasungkawa atas wafatnya Lopera di media sosial pada dini hari kemarin, dan pagi ini ia datang ke rumah duka untuk memberikan penghormatan terakhir dan menyampaikan rasa sayangnya kepada keluarga. “Hidup adalah kelahiran dan kematian, dan Manolo belakangan ini sedang sakit dan Tuhan memanggilnya lebih awal daripada yang alam mungkin inginkan,” ujarnya kepada ElDesmarque. “Persaingan antara Don Manuel dan saya selalu ada, namun itu adalah persaingan yang sehat, khas dari Betis-Sevilla, Sevilla-Betis, dan hari ini saya datang untuk mengucapkan duka kepada keluarganya dan mendoakan agar dia mendapatkan istirahat yang abadi,” katanya. “Lopera, semua orang tahu bagaimana dia, dan semua orang juga tahu bagaimana saya. Persaingan itu memang ada, namun Manolo selalu berusaha meninggalkan Betisnya sebagaimana yang dia pahami dan saya tidak bisa melakukan selain menghormatinya pada hari ini,” tutup Del Nido.
Dengan begitu banyak kisah menarik di Liga Spanyol, tak heran jika rivalitas antara Betis dan Sevilla, serta antara Manuel Ruiz de Lopera dan José María del Nido Benavente, tetap menjadi cerita yang diingat oleh para penggemar sepakbola di Spanyol. Semoga persaingan sehat ini selalu menghasilkan pertandingan yang menarik dan memacu semangat kompetitif di antara kedua tim.